FORMULASI TABLET YANG TERPREGELATINASI DALAM AMILUM / PATI SINGKONG
YANG MENGANDUNG KARBOHIDRAT
YANG MENGANDUNG KARBOHIDRAT
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : SYIKALNIS GIAWA
NIM : 1414194085
PRODI : FARMASI IIIB
MATA KULIAH : BIOKIMIA
DOSEN :
DWI SETIO PURNOMO S.Si,M.Sc,Apt
AKADEMI FARMASI
STIKES HELVETIA MEDAN
2015
STIKES HELVETIA MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana berkat dan RahmatNyalah saya dapat
menyelesaikan tugas dari mata kuliah Biokimia ini dan tak lupa saya ucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah Biokimia bapak Dwi Setio Purnomo S.Si, M.Sc, Apt yang telah
membantu saya dalam memberikan judul ataupun arahan dalam pembuatan makalah
ini.
Adapun maksud dan tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah agar dapat
memahami , melatih cara penyusunan maupun pembuatan makalah dalam karya tulis
ilmiah yang baik dan benar guna kepentingan Mahasiswa/i kedepan nya.
Saya menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, agar makalah ini dapat lebih sempurna dan mudah
untuk dibaca di kemudian harinya dan
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang farmasi
dan kesehatan. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih
Medan,
Januari 2016
Penulis
Syikalnis
Giawa
NIM:
1414194085
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ………………….……………………………. …. i
DAFTAR
ISI ………………………………………………….. ii
A.
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang ……………………………………….………. 4
b. Rumusan
Masalah ………………………………………………. 5
c. Tujuan
Penulisan ……………………………………………… 6
B.
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
a. Pati
Singkong
1.
Pengertian Pati Singkong …………………………………. 10
2.Manfaat
sari pati singkong ……………………………….... 11
3.
Pati Termodifikasi …………………………………………. 11
4
. Fungsi Pati (Amilum) di Bidang Farmasi ……………… 12
b.
Metode Penelitian …………………………………… 13
C.
BAB
III
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
dan Pembahasan pati singkong ………………………..
17
b. Hasil
dan Pembahasan kandungan pati teofilin yang terpregelatinasi di dalam tablet
lepas terkontrol …………………………….. 14
D.
BAB
IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
dan saran ……………………………………. 22
2. Daftar
Pustaka …………………………………….
23
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pati merupakan bahan penolong yang sering digunakan
pada pembuatan tablet sebagai pengisi, pengikat, penghancur dan pelincir tetapi
penggunaannya terbatas pada pembuatan tablet secara granulasi.
Dalam upaya mencari bahan penolong yang relatif
murah dan mudah diperoleh pada pembuatan tablet, maka digunakan pati yang telah
diolah menjadi pati terpregelatinasi dengan cara memanaskan suspensi pati di
atas suhu gelatinasinya kemudian dikeringkan. Pati terpregelatinasi terdiri
dari gabungan granula pati utuh dan granula pati pecah yang membentuk granula
lebih besar sehingga memiliki daya air yang baik dan kompresibel serta dapat
digunakan sebagai bahan penolong dalam pembentukan cetak langsung (Czeisler et
al, 1996).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tablet
yang mengandung pati tersebut ada yang memiliki waktu hancur sangat lama
(Lizzaba ,1999; Rustiana, 1999) karena pati tersebut di dalam air akan menyerap
air dan membentuk gel (Zobel, 1995). Dengan demikian pati terpregelatinasi
diperkirakan dapat digunakan sebagai matriks hidrofilik dalam sediaan lepas
terkontrol. Bentuk sediaan ini lebih disukai karena memberikan
keuntungan-keuntungan antara lain mengurangi frekuensi pemberian obat (Voight
,1994). Pada penelitian ini digunakan empat formula dengan kandungan pati
singkong terpregelatinasi yang bervariasi dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap karakteristik fisik tablet lepas terkontrol Teofilin.
Pembuatan tablet dilakukan dengan metode cetak langsung karena lebih ekonomis,
menghemat waktu dan lebih menjamin stabilitas obat (Shangraw ,1989).
Produk olahan singkong telah banyak digunakan sebagai
bahan baku eksipien dalam industry farmasi. Diantaranya adalah pati singkong (amylum
manihot) sebagai bahan pengikat dan penghancur pada formulasi tablet,
maltodekstrin sebagai bahan penyalut lapis tipis tablet ataupun sorbitol, manitol
dan dekstrosa pada formulasi sirup dan berbagai produk makanan dan minuman lainnya
.
Berbagai teknologi pengembangan telah banyak dilakukan
untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas tinggi. Salah satu
pengembangan produk dari singkong sebagai eksipien dalam bidang farmasi adalah
dengan semakin banyaknya dilakukan modifikasi terhadap pati, mulai dari
modifikasi secara biologi, kimia, fisika ataupun secara enzimatis yang
bertujuan untuk mendapatkan sifat biokimia yang lebih baik.
Sebagai pembanding akan digunakan pati singkong
murni (amylum manihot yang telah lazim digunakan sebagai eksipien dalam formulasi tablet.
B. Rumusan Masalah
• Bagaimanakah fungsi Amilum pada
bidang farmasi ?
• Bagaimanakah sediaan formulasi tablet
yang memiliki kandungan karbodrat di dalamnya?
• Bagaimanakah bentuk pati singkong
yang terpregelatinasi dalam bentuk tablet ?
• Bagaimanakah bentuk maupun ukuran
tablet yang terpregelatinasi ?
• Apakandungan pati teofilin untuk
formulasi tablet?
C. Tujuan Penulisan
• Mengetahui bentuk pati singkong yang terformulasi
dalam sediaan tablet
• Mengetahui bentuk pecahnya pati
singkong yang terpregelatinasi
• Membahas upaya-upaya pembuatan pati
dalam bentuk sediaan tablet
• Membahas manfaat pati singkong dalam
pembuatan tablet yang terprgelatinasi
BAB II
LANDASAN TEORITIS
LANDASAN TEORITIS
A.
KARBOHIDRAT
1. Pendahuluan tentang
Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organic yang terbentuk dari
tiga unsur yaitu Karbon (C), Oksigen (O),
dan Hidrogen (H). Unsur-unsur membentuk karbohidrat dengan rumus
tertentu tergantung pada jenis karbohidratnya. Karbohidrat identic dengan gula.
Karena itu molekul karbohidrat sering juga disebut molekul gula.
Karbohidrat juga disebut hidrat
arang. Karbohidrat sebagai sumber energi utama juga dibentuk oleh tumbuhan
melalui proses foteosintetis. Dalam tubuh manusia atu hewan , karbohidrat
terbentuk melauli reaksi yang terjadi dari beberapa asam amino dan gliserol lemak. Karbohidrat
dijumpai pada produk nabati seperti
serealia,umbi-umbian, dll. Makanan yang mengandung karbohidrat yang paling banyak
adalah nasi, singkong,roti, mie dll.
Sekitar 60% dari karbohidrat merupakn karbohidrat
yang diserap dalam bentuk polisakarida
(terutama pati tanaman). Dimana jika memakan beberapa makanan yang mengandung
karbohidrat kompleks (polimerik) yang dapat dicerna tidak akan merubah
konsentrasi glucose darah secara cepat; hal ini disebabkan mungkin oleh proses
pencernaan pati yang lamban oleh amilse
saliva dan pancreas.
2. Struktur Karbohidrat
Karbohidrat
makanan bias dalam bentuk sederhana (monomeric dan dimerik) atau kompleks
(polimerik). Juga bias dapat dan tidak
dapat dicerna; yang tidak dapat dicerna adalah serat bahan makanan. Gula-gula
yang bersifat prinsip dari semua karbohidrat yang merupakan glucose, fructose,
dan galaktose, atau derivate-derivatnya, dapat atau tidak dapat diserap oleh
manusia. Ikatan karbohidrat yang semua dalam bentuk ά -1,4 atau ά -1,6. Ikatan
dalam serat cenderung dalam bentuk ᵦ -1,4
(seluluse, pectin); manusia tidak mempunyai enzim untuk mencernanya.
Untuk amylose (pati) yang terdapat
dalam karbohidrat berpati dimana bersumber dari tanaman berpati contohnya pati
singkong, dan biji-bijian dan struktur maupun sifatnya ialah Polimer linear
(ikatan ά 1,4 glu-glu); berat molekul sekitar 100.000.
3.
Karbohidrat bahan-bahan makanan dan toleransi glucose
Karbohidrat kompleks (pati)
membutuhkan respon yang tida begitu drastic dalam mekanisme homeostatic dalam
mengontrol glucose darah disbanding jika mengonsumsi gula, namun tidak selalu
demikian halnya; ada banyak varasi yang disebabkan oleh bahan makan sebagai
tempat karbohidrat tersebut. Struktur dari berbagai pati makanan juga dapat
tidak identic, dan hal ini dapat meningkatkan peningkatan glucose darah yang
lebih besar atau yang lebih kecil setelah memakan karbohidrat tersebut.
4. Karbohidrat
menurut hasil uraiannya
Karbohidrat
terbagi menjadi tiga bagian yaitu, sebagai berikut :
a. Monosakarida yaitu karbohidrat yang tidak dapat diurai menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mengandung lima atom karbon yang disebut dengan pentose dengan rumus umum C5H10O5. Bagian dari monosakarida ialah dekstrosa, fruktosa, caramel (saccharum ustum), ksilosa, arabinose, dan ramnosa.
a. Monosakarida yaitu karbohidrat yang tidak dapat diurai menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mengandung lima atom karbon yang disebut dengan pentose dengan rumus umum C5H10O5. Bagian dari monosakarida ialah dekstrosa, fruktosa, caramel (saccharum ustum), ksilosa, arabinose, dan ramnosa.
Monosakarida dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1. Aldosa,
yaitu monosakarida yang mengandung gugus aldehida.
2. Ketosa,
yaitu monosakarida yang mengandung gugus keton.
b.
Disakarida yaitu karbohidrat yang
dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida. Bagian dari disakarida
ialah sukrosa. Dimana disakarida yang
penting untuk farmasi adalah sukrosa (gula pasir), laktosa (gula susu),
gentiobiosa.
c.
Polisakarida yaitu karbohidrat yang
dapat dihdrolisis menjadi banyak molekul monosakarida
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pati Singkong
1. Pengertian Pati
Singkong
Pati singkong adalah pati yang didapatkan dari umbi
singkong (Manihot utilissima). Sampai saat ini, pati singkong telah banyak
dieksploitasi secara komersial dan masih merupakan sumber utama kebutahan pati.
Pati yang diperoleh dari ekstraksi umbi singkong ini akan memberikan warna
putih jika diekstraksi secara benar. Pati singkong memiliki granula dengan
ukuran 5-35 μm dengan rata-rata ukurannya di atas 17 μm. Granula pati singkong
akan pecah apabila dipanaskan pada suhu gelatinisasinya. Pati singkong
mengandung 83% amilopektin yang mengakibatkan pasta yang terbentuk menjadi
bening dan kecil kemungkinan untuk terjadi retrogradasi. Suhu gelatinisasi pada
62-73OC, sedangkan suhu pembentukan pasta pada 63oC.
Pati dapat diekstrak dengan berbagai cara,
berdasarkan bahan baku dan penggunaan dari pati itu sendiri. Untuk pati dari
ubi-ubian, proses utama dari ekstraksi terdiri perendaman, disintegrasi, dan
sentrifugasi. Perendaman dilakukan dalam larutan natrium bisulfit pada pH yang
diatur untuk menghambat reaksi biokimia seperti perubahan warna dari ubi.
Disintegrasi dan sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan pati dari komponen
lainnya.
2. Manfaat sari pati
singkong
Ø Penyembuhan
luka
Ø Sumber
energy
Ø Mengandung
serat dan nol kolesterol
Ø Mengandung
protein
Ø Bebas
gluten
Ø Sumber
vitamin B dan K
Ø Tinggi
Kalsium
3. Pati Termodifikasi
Secara umum, pati terbagi menjadi dua kelompok yaitu
pati asli dan pati termodifikasi. pati alami memiliki kekurangan yang sering
menghambat aplikasinya di dalam proses pengolahan pangan, sehingga diperlukan
modifikasi terhadap pati untuk menutupi kekurangannya. Pati termodifikasi
adalah pati yang gugus OH-nya telah mengalami perubahan reaksi kimia. Menurut
Charalambous (1995), menyatakan bahwa amilosa dan amilopektin mempunyai
perbedaan pada sifat kelarutannya dalam air. Amilosa sulit terlarut dan tidak
stabil pada larutan air, membentuk agregat dan akan mengalami pengerasan
(retrogradasi) tidak seperti amilopektin, karena cabang dari struktur lebih
stabil dan lebih sedikit mengalami pengerasan.
Modifikasi pati dapat dilakukan dengan cara memotong
struktur molekul, menyusun kembali struktur molekul, oksidasi, atau melakukan
substitusi gugus kimia pada molekul pati (Wurzburg 1989). Modifikasi tapioka
sudah banyak dilakukan dengan berbagai metode, seperti asilasi dan
pragelatinisasi pati dengan asam stearat untuk matriks flavor (Varavinit et al.
2001), asilasi pati dengan asam propionat dicampur dengan poliester poliuretan
untuk dijadikan film (Santayonan dan Wootthikanokkhan 2003), hidrolisis dengan
HCl untuk memperoleh tingkat kristal yang tinggi (Atichokudomchai et al. 2001,
2002), hidrolisis dengan HCl dan reaksi silang dengan natrium trimetafosfat
untuk pembuatan tablet (Atichokudomchai dan Varavinit 2003), reaksi silang
dengan fosfor oksiklorida (Khatijah 2000), dekstrin, seperti K4484 yang
merupakan dekstrin tapioka, serta pati termodifikasi (seperti flomax 8) untuk
dijadikan matriks (National Starch 2005).
4 . Fungsi Pati (Amilum) di Bidang Farmasi
Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari
granul-granul yang diisolasi dari Zea mays Linne (Graminae), Triticum aesticum
Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum Linne (Solanaceae). Granul amilum
singkong berbentu polygonal, membulat atau sferoidal dam mempunyai garis tengah
35 mm. Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk awur dan sebagai
bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi
tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat
diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum
gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria.
Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam
industri farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung
seperti daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga
hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir
baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara
granulasi basah.
Sediaan
amilum yang terdapat dalam pasaran adalah Volex.
Fungsi amilum dalam dunia farmasi tergolong banyak dan penting. Bahkan sudah
ada sediaan yang dipasarkan.
B. METODE PENELITIAN
Bahan
Umbi
singkong segar, Teofilin anhidrat (Hunan Pharmaceutical Factory), Pharmatose®
DCL 11 (DMW International), Asam stearate (Brataco), Talk (Brataco) dan
Air suling.
Cara
Kerja pertama (pembuatan mocaf dan pati)
Ø Pembuatan pati asli
(amylum manihot)
1. Lakukan
sortasi pada singkong, kupas kulitnya, cuci dengan air mengalir dan rendam
selama 2 jam. Singkong (2,5 kg) yang telah direndam.
2. Kemudian
dihaluskan, suspensikan dalam 10 kali volume aquadest, stirrer selama 5 menit
dan saring melalui 2 lapis kain katun tipis. Filtrat didiamkan selama 1 jam
untuk mendapatkan sedimen pati. Endapan dicuci 1 kali dengan aquadest dan
dikeringkan pada 40°C selama 12 jam dalam oven.
3. Pati
dihaluskan dalam lumpang untuk mencegah penggumpalan granul dan memperkecil ukuran
partikelnya.
Ø Pembuatan Pati Singkong
Termodifikasi
A. Pembuatan
Starter Fermentasi
Siapkan
chips ketela sebanyak 50 g letak kan pada beker glass, tambahkan dengan air sebanyak
kurang lebih 500 ml, semua chips singkong harus terendam, tambahkan inokulat mikroba
(Lactobacillus sp) sebanyak ± 2 g dan kultur media sebanyak ± 7 g dan biarkan selama
24 jam.
B. Proses fermentasi
Semua
alat disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoklaf. Sebanyak 200 gram pati singkong
dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang telah berisi media (±50 mg) dan starter fermentasi
(2 ml) dalam 500 ml aquadest yang telah disterilkan. Dilakukan fermentasi dalam
shaker dengan kecepatan 120 rpm selama 48 jam dan 72 jam. Setelah proses
fermentasi selesai, buang airnya. Cuci pati dengan aqudest
sebanyak
2 kali, kemudian endapkan dan keringkan pada suhu 40°C selama 24 jam. Pati kemudian
dihaluskan untuk memperkecil ukuran partikel.
Cara
Kerja kedua (pembuatan tablet lepas terkontrol teofilin)
Tahapan
pekerjaan yang dilakukan adalah :
1.
Formulasi
tablet S
sediaan
tablet lepas terkontrol Teofilin dibuat dalam empat formulasi dengan variasi
jumlah pati singkong terpregelatinasi, dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Ukuran partikel singkong terpregelatinasi yang digunakan adalah (100-150 mesh)
: (150-200 mesh) : (lebih halus daripada 200 mesih) = 3,5 : 1 : 1.
2.
Pencampuran
Teofilin
dan pati singkong terpregelatinasi dicampur cube mixer selama 10 menit dengan
kecepatan 20 rpm, kemudian laktosa dimasukkan dan pencampuran dilanjutkan
selama 15 menit. Setelah itu asam stearat dan talk dimasukkan dan semua bahan
dicampur kembali selama 15 menit.
3.
Evaluasi
massa tablet
Parameter
yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju alirnya.
Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir dan
diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat
massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagaijumlah gram massa tablet
yang melalui corong perdetik.
4.
Pencetakan tablet
Massa
tablet dicetak dengan kecepatan putaran mesin 20 rpm. Parameter yang dibuat
konstan pada pencetakan tablet ini adalah diameter tablet 13 mm, berat tablet
700 mg dan kekerasan tablet berkisar 12 kP.
5.
Evaluasi
Obat
a.
Pengambilan
sampel
Sampel diambil
acak dari tiap formula dan jumlah tablet yang digunakan dalam evaluasi tablet
meliputi penampilan umum, bobot, ukuran, kekerasan dan keregasan tablet,
masing-masing sejumlah 20 buah.
b.
Penampilan umum
Pengamatan
dilakukan secara organoleptis meliputi warna, tekstur permukaan dan keregasan
tablet.
c.
Bobot tablet
Tablet ditimbang
satu persatu menggunakan timbangan digital.
d.
Ukuran
tablet
Pengujian yang
dilakukan meliputi pengukuran diameter dan tebal tablet menggunakan jangka
sorong.
e. Kekerasan tablet
Tiap tablet dari sampel diletakkan di antara
plat mesin penguji kekerasan. Satuan kekerasan yang dilakukan adalah kP.
f.
Keregasan
tablet
Sampel terdiri dari 20
tablet dibersihkan, ditimbang beratnya dan dimasukkan ke dalam alat uji
keregasan tablet. Alat dijalankan dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit.
Sampel kemudian dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang kembali.
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
dan Pembahasan Pati Singkong
Hasil pemeriksaan temperatur
gelatinisasi menunjukkan bahwa temperatur gelatinisasi tertinggi dimiliki oleh
pati termodifikasi 48 jam yaitu 60,91°C, diikuti oleh pati termodifikasi 72 jam
(60,54°C), pati singkong (59,17°C). Hasil ini menunjukkan sifat gelatinisasi
suatu pati, artinya semakin rendah temperatur gelatinisasi maka akan semakin cepat
suatu pati mengalami proses gelatinisasi, demikian pula sebaliknya sehingga dari
sifat ini kita bisa mengetahui kisaran suhu aman untuk perlakuan bahan baku
pati .
Hasil foto SEM (Scanning Electron
Microscope) pada MOCAF, pati termodifikasi 48 dan 72 jam memperlihatkan adanya
perubahan struktur dari permukaan granula pati (perlubangan) yang dihasilkan pada
proses fermentasi. Pada hasil foto mikroskop polarisasi menunjukkan adanya
daerah terang (kristal) pada granula pati. Pada pati singkong termodifikasi 48 dan
72 jam terlihat banyaknya daerah terang (kristal) yang menunjukkan bahwa dengan
adanya fermentasi menggunakan bakteri asam laktat terdapat peningkatan jumlah
daerah Kristal dibandingkan dengan pati singkong. Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan amilosa dari pati termodifikasi 48 dan 72 jam. Pada kelembaban
relatif 40%-60% telah terjadi penyerapan multilayer, dan pada kelembaban
relative 60%-100% terjadi kondensasi kapiler. Artinya bila semua pati ini akan
diformulasi dalam bentuk tablet maka harus disimpan dibawah kelembaban 60%
untuk mencegah terjadinya kondensasi kapiler yang akan menyebabkan tablet
mengembang pada waktu penyimpanan .
2.
Hasil
dan Pembahasan kandungan pati Teofilin yang terpregelatinasi di dalam tablet
lepas terkontrol
Pada penelitian ini dibuat sediaan
tablet lepas kontrol Teofilin dalam empat formula dengan kombinasi jumlah pati
singkong terpregelatinasi dan Laktosa. Teofilin merupakan obat yang cocok
diformulasi menjadi sediaan lepas terkontrol karena digunakan untuk mengobati
penyakit kronis dan memiliki indeks terapeutik yang sempit (Martindale, 1993).
Teofilin yang digunakan dalam bentuk serbuk dengan tujuan dapat diperoleh campuran
yang lebih homogen.
Penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa bertambah halus ukuran partikel pati singkong terpregelatinasi
menyebabkan pembentukan gel yang bertambah cepat dan waktu hancur tablet yang
bertambah lama (Rustiana, 1999). Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian
ini digunakan pati singkong terpregelatinasi berukuran halus dengan
perbandingan (100-150 mesh) : (150- 200 mesh) : (lebih halus daripada 200 mesh)
= 3,5 : 1 : 1. Variasi ukuran partikel yang digunakan bertujuan untuk memperoleh
tingkat hidrasi yang berbeda. Partikel yang berukuran lebih halus daripada 200
mesh akan terhidrasi paling cepat dan menghasilkan gel dengan viskositas
tertinggi tetapi hidrasi yang sangat cepat dapat menyebabkan terbentuknya
gumpalan pati yang ditengahnya berisi pati yang tidak terbasahi (Snyder,1984).
Oleh karena itu, untuk mengimbangi
hidrasi yang terlalu cepat digunakan juga pati singkong terpregelatinasi yang
berukuran besar (100-200 mesh). Bahan penolong lain yang digunakan adalah
laktosa spray-dried. Bahan ini merupakan bahan pengisi dalam pembuatan tablet
cetak langsung yang mempunyai laju alir paling baik (Grass, Robinson, 1990).
Pemilihan laktoda ini bertujuan meningkatkan laju alir massa tablet, karena
dalam formula terdapat serbuk Teofilin yang tidak mempunyai kemampuan mengalir.
Selain itu, tablet yang dibuat dari laktosa spray-dried memiliki krakteristik
fisik yang lebih baik daripada tablet yang dibuat dari laktosa konvensional
(Shangraw, 1989). Penampilan tablet yang dihasilkan dari ke empat formula
memiliki penampilan yang sama yaitu warna putih berbintik, permukaan halus dan
sedikit regas. Warna putih berbintik pada tablet disebabkan derajat putih
bahan-bahan dalam tablet yang tidak sama. Bahan-bahan yang digunakan berupa
serbuk halus yang dapat berinfiltrasi ke dalam ruangruang kosong antar partikel
pada proses kompresi sehingga meng- hasilkan tablet yang kompak dan halus.
Tabel. Formulasi Tablet Lepas
terkendali Teofilin
Bahan
|
|
Formula
(mg)
|
|
|
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Teofilin
|
200
|
200
|
200
|
200
|
Pati
singkong terpregelatinasi
|
210(30%)
|
280(40%)
|
350(50%)
|
420(60%)
|
Pharmatose® DCL
(Laktosa spray-dried)
|
272,5
|
202,5
|
132,5
|
62,5
|
Asam
stearat 0,5%
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
3,5
|
Talk
2%
|
14
|
14
|
14
|
14
|
Dalam hal ini hasil uji terhadap
tablet lepas terkontrol Teofilin menunjukkan hasil yang memenuhi syarat. Nilai
koefisien antar formula yang diperoleh tidak berbeda terlalu jauh karena laju
alir massa tablet dari tiap formula, hampir seragam. Keseragaman laju alir ini
menunjukkan bahwa distribusi ukuran partikel bahan-bahan yang terjadi dalam
massa tablet, homogen.
Hasil pemeriksaan ukuran tablet
menunjukkan bahwa diameter tablet umumnya konstan sedangkan tebal tablet dapat
bervariasi karena pada proses pencetakan faktor yang diatur konstan adalah
kekerasannya. Bertambah besar kandungan/jumlah pati singkong terpregelatinasi
yang digunakannya memperlihatkan peningkatan tebal tablet. Hal ini menunjukkan
bahwa daya kompresibilitas pati singkong terpregelatinasi lebih kecil daripada
laktosa spraydried. Kekerasan tablet merupakan salah satu faktor yang diatur
pada proses pencetakan sehingga nilainya hampir sama antar formula. Hal ini
dilakukan agar kekerasan tidak menjadi variabel yang mempengaruhi laju
disolusi. Tablet lepas terkontrol Teofilin memiliki kekerasan rata-rata 12-13
kP. Tekanan yang tinggi diperlukan pada proses pencetakan bahanbahan yang
berupa serbuk halus untuk memperoleh tablet yang baik. Keregasan tablet masih
dapat diterima bila nilainya kurang dari 0,8% (Voight 1994). Pernyataan ini
dipenuhi oleh tablet dari ke empat formula.
|
|
||||||||||
|
|||||||||||
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
DAN SARAN
Dimana kandungan karbohidrat dalam amilum/
pati singkong yang terpregelatinasi untuk formulasi tablet akan menyebabkan semakin
rendahnya temperatur gelatinisasi maka akan semakin cepat suatu pati mengalami
proses gelatinisasi, demikian pula sebaliknya sehingga dari sifat ini kita bisa
mengetahui kisaran suhu aman untuk perlakuan bahan baku pati pada suatu sediaan formulasi tablet.
Hal ini disebabkan karena adanya
peningkatan amilosa dari pati termodifikasi 48 dan 72 jam. Pada kelembaban
relatif 40%-60% telah terjadi penyerapan multilayer, dan pada kelembaban
relative 60%-100% terjadi kondensasi kapiler. Artinya bila semua pati ini akan
diformulasi dalam bentuk tablet maka harus disimpan dibawah kelembaban 60%
untuk mencegah terjadinya kondensasi kapiler yang akan menyebabkan tablet
mengembang pada waktu penyimpanan .
Hasil pemeriksaan ukuran tablet
menunjukkan bahwa diameter tablet umumnya konstan sedangkan tebal tablet dapat
bervariasi karena pada proses pencetakan faktor yang diatur konstan adalah
kekerasannya. Bertambah besar kandungan/jumlah pati singkong terpregelatinasi
yang digunakannya memperlihatkan peningkatan tebal tablet. Hal ini menunjukkan
bahwa daya kompresibilitas pati singkong terpregelatinasi lebih kecil daripada
laktosa spraydried. Kekerasan tablet merupakan salah satu faktor yang diatur
pada proses pencetakan sehingga nilainya hampir sama antar formulasi.
DAFTAR PUSTAKA
Makalah kutipan dari buku
1. Jurnal Farmasi Volume 6 Edisi 3
2. Majalah Ilmu Kefarmasian Volume I, No I
3. Linder, Maria.C 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme.
Departement of Chemistry, California State University, Fullerton.
Makalah
kutipan dari website